Puji syukur saya panjatkan kepada
Tuhan Yang Mahaesa karena kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul, “ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN”. Sebaik mungkin makalah saya buat meskipun masih
banyak kekurangan di dalamnya, dan juga saya berterima kasih pada Bapak
Emilianshah Banowo selaku dosen mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” yang telah
memberikan motivasi dan kesempatan kepada saya
untuk mengerjakan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai seberapa besar
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan kelangsungan hidup kita.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Jakarta, 26 November 2018
Penulis
Daftar isi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) adalah dua hal yang tak akan pernah bisa terlepaskan dari kehidupan
manusia. Apalagi, abad 21 ini adalah era globalisasi dimana hampir semua
kegiatan manusia menggunakan sistem teknologi. Yang mana perkembangan teknologi
sangatlah pesat, dalam hal ini teknologi sangat berpengaruh di kehidupan sosial
kita. Apalagi jika kita amati lebih jauh,
IPTEK sangat berpengaruh pada kehidupan sosial. Teknologi dalam
penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi
kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun
mempunyai dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi itu. Kita misalkan saja manusia yang bisa memanfaatkan
IPTEK maka akan memiliki status pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu orang
yang berpendidikan tinggi identik dengan status sosial yang tinggi. jika status
sosial seseorang tinggi maka tingkat kemakmurannya juga akan tinggi pula. Untuk
itulah jika diamati dengan seksama maka terdapat hubungan yang sangat kuat
antara IPTEK dengan kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat maka akan
meliputi kemakmuran dan kemiskinan. Bilamana masyarakat bisa makmur apabila
berhasil mengikuti dan menggunakan perkembangan IPTEK maka masyarakat tersebut
termasuk masyarakat yang sejahterah, dan sebaliknya, masyarakat yang tidak
dapat mengikuti IPTEK dengan baik maka terjadi kemiskinan.
Kemiskinan sendiri merupakan tema
sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh
kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita masyarakat adil dan
makmur. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita pada persoalan
lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam
lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu pengetahuan
(ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk mengurangi
kemiskinan di tengah masyarakat.
Kemiskinan memang menjadi masalah
yang serius dalam menghadang kemajuan IPTEK. Hal ini disebabkan, masyarakat
miskin dipastikan tidak akan bisa menikmati kemajuan teknologi. Malah yang
terjadi masyarakat miskin akan menghambat perkembangan teknologi. Bukan hanya
itu saja, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memberikan dampak dalam sektor ekonomi
sehingga masyarakat akan terseleksi dan membuat mereka menjadi miskin ketika
dampak IPTEK mulai merajarela.
Untuk itulah, perlu adanya
pemahaman yang mendalam antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan
kemiskinan serta kemakmuran masyarakat sehingga ada kemungkinan muncul sebuah
kesalahan persepsi mengenai IPTEK yang sangat erat kaitannya dengan kemunculan
kemiskinan yang terus berkelanjutan.
1. Apa pengertian dari Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan?
2. Apa hubungan antara Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan?
3. Bagaimana dampak Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi terhadap kemakmuran masyarakat?
4. Bagaimana cara Mengoptimalkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk kemakmuran masyarakat?
1. Mengetahui definisi dan maksud dari Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
2. Mengetahui hubungan antara Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
3. Memahami dampak Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi terhadap kemakmuran masyarakat
4. Memahami cara optimalkan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi untuk kemakmuran masyarakat
Ilmu Pengetahuan berasal dari dua
kata, yaitu “ilmu” dan “pengetahuan” yang memiliki arti tersendiri.
Keseluruhannya telah lama dipersoalkan oleh ahli filsafat seperti Socrates,
Plato, dan Aristoteles dimana teori ilmu pengetahuan merupakan cabang atau
sistem filsafat. Oleh J.P Farrier dalam institutes of metaphiscs (1854),
pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut ”epistemologi”
(epistem=pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu).
Menurut Immanuel Kant pengetahuan
merupakan persatuan budi dan pengalaman. Dari berbagai macam pandangan tentang
pengetahuan di peroleh sumbe-sumber pengetahuan berupa ide, kenyatan, kegiatan
akal-budi, pengalaman, sentesis budi atau meragukan karena tak adanya sarana
untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan apakah isi
pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan.
Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pengetahuan dianggap
benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi)
yang terdahulu.kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan,
bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri
yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat
tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan
akan mengalami kesulitan sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu
pengetahuan yang dikalangan ilmuan sendiri sudah ada keseragaman pendapat.
Hanya akan merangkap dalam tautologies (pengulangan tanpa membuat kejelasan)
dan pleonasme atau mubazir saja.
Dalam penerapan sebuah ilmu
pengetahuan akan memunculkan sebuah hambatan sosial. Hal ini disebabkan, pola
pikir ilmiah tidak mempertimbangkan nilai moral dan dampak terhadap sosial
ekonomi. Sebab manusia tidak selalu sadar dengan hal ini,dan manusia yang
paling sederhanapun hanya sedikit peduli terhadap sosial ekonomi.
Contoh sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mistis. Dalam
masyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan (mitis) dan perbuatan
(sosial), demikian pula hubungan sosial
di dalam suku dan kewajiban individu sudah terang, argumen ontologis, kalau
meminjam teori plato berteori tentang wujud dan hakikat yang ada. Keadaan
sekarang sudah berkambang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan
(kebenaran) dan ilmu etika (kebaikan). Maka yang pertama dipentingkan bukan “apa” melainkan “bagaimana” dapat
menghubungkan ilmu pengetahuan dengan
etika dalam suatu sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Alasan lain untuk mengintegrasikan
kedua bidang tersebut ialah karena dalam perkembangan-perkembangan ilmu modern,
pengetahuan manusia telah mencapai lingkupnya yang paling luas, dimulai dengan
pikiran antologis, kemudian gauli, rahasia-rahasianya dimanfaatkan bagi
manusia. Timbul kesan seolah- olah pengetahuan ilmiah merupakan suatu tujuan
tersendiri (ilmu demi ilmu). Bahkan ada ilmu pengetahuan murni, jadi lepas dari apa yang ada di luar ruang lingkup ilmu,
lepas dari masyarakat dan hidup sehari-hari. Di sini manusia berhadapn dengan pertanyaan –pertanyaan
mengenali kebaikan dan kejahatan, kesadaran politik, nilai-nilai religius, dan
sebagainya. Oleh pandangan ini kaidah etis etis beserta lain-lainnya di cap
sebagai sosial akstra ilmiah (diluar dibidang ilmu).
Sekarang tidak dapat netral dan
bersikap netral lagi terhadap ilmu penyelidikan ilmiah. Karena manusia hidup
dalam suatu dunia, hasil ilmu pengetahuan dapat membawa pada malapetaka yang
belum pernah kita bayangkan sehingga perlu etika ilmu pengetahuan sebagai
satu-satunya jalan keluar. Lebih lanjut diakui oleh filsafat modern, bahwa
manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak
hanya bekerja dengan akal budinya, melainkan dengan seluruh eksitensinya,
dengan seluruh keadaannya, dengan hatinya, dengan panca inderanya sehingga manusia, dalam mengambil
keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu, mendapapat pertimbangannya
terlebih dahulu, mendapat pertimbangan dengan pengajaran agama, dan nialai-nilai
atau norma kesusilaan. Konteks ilmu dengan ajaran agama dalam rangka
meeningkatkan ilmuan itu sendiri sejajar dengan orang-orang yang beriman pada
derajat yang tinggi, sebagai pemegang alamat
dan akan tetap memperoleh pahala.
Istilah teknologi berasal dari kata
techne dan logia. Kata yunani kuno techne berarti seni kerajinan. Dari techne
kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti seseorang yang memiliki
keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi
semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan metode yang pasti,
keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Sampai pada permulaan abad XX ini,
istilah teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum suatu rangkaian
sarana, proses, dan ide disamping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti itu
berjalan terus sampai pertengahan abad
ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana atau aktifitas yang dengannya
manusia berusaha mengubah dan menangani lingkungan. Ini merupakan suatu
pengertian yang sangat luas karena setiap sarana perlengkapan maupun kultural
tergolong suatu teknologi.
Teknologi dianggap sebagai
penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju pada
perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat
dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam
perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/sebagian ilmu
pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan
tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang
menjadi pasangannya.
Demikianlah teknologi adalah
segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya alam untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum
dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai sarana yang
tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
Menurut Petirin A. Sorokin, bahwa
stratifikasi soisal (social stratification) adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat (secara hierarakis).
Perwujudannya adalah adanya kela-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Selanjutnya Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial
dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. Lapisan-lapisan ini dalam
masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat.
Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan jenis kelamin, perbedaan
antara pemimpin dan yg dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya. Semakin
kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka system
lapisan-lapisan dalam masyarkat akan semakin kompleks pula.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri
Negara Kependudukan/ BKKBN adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan memang merupakan sebuah
dampak negatif dari sebuah perkembangan IPTEK yang semakin pesat tanpa di
iringi dengan ekonomi yang mumpuni, sehingga menimbulkan kaum miskin yang
tertinggal akan IPTEK. Hal ini bisa terlihat dengan penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga robotic pada perusahaan sebagai dampak dari perkembangan IPTEK,
tanpa di iringi dengan pemikiran terhadap kaum buruh yang miskin. Hal ini tentu
saja membuat mereka menjadi kalah atau tersingkir akibat dari kemajuan IPTEK.
Membicarakan mengenai masalah
kemakmuran, tentu yang pertama kali terlintas dalam benak adalah mengarah
kepada segi keuangan atau kemapanan hidup seseorang. Secara mendasar kemakmuran
dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi memiliki definisi sebagai situasi
dimana kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan disini mencakup kebutuhan batin dan
kebutuhan lahir, bisa dari sandang, papan, dan pangan. Kemudian meluas akan
kebutuhan rasa nyaman, percaya, dan kepedulian sesama untuk saling membantu.
Secara umum kemakmuran memiliki kriteria sebagai berikut :
1.
Terpenuhinya kebutuhan pokok (primer),
berupa sandang, pangan, dan papan.
2.
Mampu mnjangkau kebutuhan sekunder maupun
tersier dengan mudah.
3.
Tidak memiliki tekanan batin, sehingga
pikiran ringan.
4.
Memiliki orang yang menjadi tempat
kepercayaan.
5.
Tidak kesulitan mengatur waktu, tenaga,
maupun finansial.
6.
Tercukupinya kebutuhan diri akan rekreasi
dan menjalankan hobi.
Melihat kriteria
tersebut, tentunya akan langsung mengacu pada kemapanan dari segi finansial
seseorang. Orang dengan keuangan yang melimpah cenderung mampu mendapatkan
apapun yang diinginkan.
Namun pada kenyataannya,
berdasarkan studi diketahui bahwa orang yang mapan dari segi finansial masih
bisa dikatakan belum makmur. Hal ini terjadi karena adanya beban baru terhadap
kondisi sosial seseorang, bisa karena penyakit, pendamping hidup, maupun orang
sekitar yang sulit diberikan amanah (kepercayaan). Orang yang cenderung
mencintai uang seolah hidup hanya untuk bersenang-senang di dunia, sehingga
beberapa orang justru tidak terpenuhi kebutuhan batin. Seperti kebutuhan kasih
dan sayang dari keluarga maupun orang terdekat lainnya. Hal ini tentunya masih
belum bisa dikatakan makmur, apabila kebutuhan batin tidak mampu terpenuhi.
Berbicara mengenai kemakmuran akan
lebih bijak apabila standart kemakmuran tersebut disesuaikan dengan kondisi
diri sendiri. Sebab rasa cukup, bahagia, dan perasaan damai lainnya diciptakan
oleh diri sendiri bukan oleh orang lain dan lingkungan. Sehingga memiliki
filosofi, selalu melihat ke bawah dan jangan melihat ke atas, akan membantu
mendapatkan kemakmuran lahir maupun batin. Sebab kebutuhan sandang, pangan,
maupun papan tentunya tidak perlu terlalu mewah, dalam kadar secukupnya saja.
Semakin besar pasak maka diperlukan tiang yang semakin besar pula, sehingga
mengatur pengeluaran dari berapapun pendapatan maka kita sudah makmur secara
lahir.
Kesenjangan ekonomi atau
ketimpangan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang
yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak
negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Di mana negara ini, jumlah
penduduk miskin tergolong paling banyak. Hal ini juga di sebabkan teknologi dan
ilmu pengetahuan negara ini jauh tertinggal dari negara-negara lain di dunia.
Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya meliputi:
· Pertama,gambaran kekurangan materi,
yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
· Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
· Ketiga, gambaran tentang kurangnya
penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Hubungan IPTEK dengan
Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi
kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan
teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan
pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses
produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi
merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan
di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu
dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh
karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran)
dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral
terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan
terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan
moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat
dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain
dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan
struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul
dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya
merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata orang yang hidup di bawah
garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis. sedangkan salah satu cara
memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dengan dapat membaca dan
menulis, seorang pemulung sampah bisa berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak dan menghasilkan banyak uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat
merubah seorang pengamen untuk berpikir kreatif dan memulai membuka suatu usaha
dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dampak IPTEK terhadap
Kemakmuran Masyarakat
Keadaan umat manusia kini sangat
berbeda dengan peradaban zaman dulu, misalnya peradaban Mesir Kuno, Yunani
Kuno, Romawi atau peradaban di daratan Cina. Faktor utama yang menyebabkan
perbedaan itu ialah pertumbuhan penduduk, sains dan teknologi. Sains teknologi
membawa kemudahan, kemakmuran dan kenyamanan, sedangkan teknologi komunikasi
membuat interdepensi secara global yang semakin meningkat.
Namun begitu, sains teknologi juga
membawa segi-segi yang negatif. Salah satunya adalah perkembangan dunia
akhir-akhir ini yang menunjukkan kecenderungan yang sangat memprihatinkan
akibat kesalahan dalam pemanfaatan kamajuan sains dan teknologi.
Sebagaimana kita ketahui, di papua
terjadi penambangan besar besaran bahan tambang yang di pelopori oleh Freeport
dengan menggunakan teknologi canggihnya. Di lansir dari majalahtambang.com
disebutkan bahwa keuntungan PT Freeport Indonesia yang sahamnya 90% dipegang
asing(pihak Amarika) mendapat keuntungan lebih dari 400 Triliyun rupiah. Ini
berbanding terbalik dengan para pekerja papua di PT Freeport yang masih
memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah yang tidak bisa menikmati
hasil dari kemajuan teknologi (penambangan papua yang menggunakan teknologi
penambangan canggih sehingga hasil tambang dengan mudah di dapatkan). Bahkan,
sisa atau bekas tambang PT Freeport telah membuat pulau papua menjadi rusak
wilayah hutannya di akibatkan pengrusakan untuk percepat penambangan di pulau
papua. Sehingga ini menjadi bukti bahwa perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan dapat merusak alam dan tidak semua masyarakat bisa merasakan
manfaat dari perkembangan teknologi yang sedang berkembang. Namun, berbeda bagi
mereka yang menjadi bos bos di freeport yang secara langsung mendapatkan
keuntungan atau manfaat dari perkembangan IPTEK di dalam bidang pertambangan.
Optimalkan IPTEK untuk
kemakmuran masyarakat
Ibaratkan sebuah pedang bermata
pisau, itulah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apabila di gunakan dengan optimal
serta menggunakannya dengan baik maka akan membuat masyarakat menjadi makmur,
menjadikan masyarakat lebih maju. Dengan begitu IPTEK akan memajukan masyarakat
dari berbagai sektor. Misalkan saja dari sektor ekonomi dengan penemuan
teknologi untuk mempercepat hasil pertanian yang membuat keuntungan masyarakat
bertambah. Dari sektor sosial, jika IPTEK dapat di optimalkan dengan baik maka
setiap masyarakat akan memiliki kelas sosial yang lebih tinggi sehingga akan
bisa lebih dihormati oleh orang lain.
Penggunaan IPTEK juga harus di sesuaikan
dengan berbagai faktor yang ada sehingga tidak bertentangan juga dengan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tersebut agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara masyarakat dari golongan pemakai IPTEK dengan masyarakat
yang belum terlalu memakai IPTEK dalam kehidupan mereka.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
memberikan banyak dampak yang serius terhadap kemiskinan dan kemakmuran suatu
masyarat. Ibarat dua mata pisau, IPTEK akan memberikan dampak positif dan
negatif bagi sebagian orang. Bahkan ada pepatah yang mengatakan :
“Siapa yang menguasai
teknologi, maka dia yang menguasai dunia”
Maksud dari pepatah di atas adalah
siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya teknologi dalam berbagai bidang
kehidupan, maka derajat orang tersebut akan berada di atas,dan dapat melakukan
apapun sesuai dengan kehendaknya demi tercapai apa yang yang diinginkan orang
tersebut. Dalam perkembangannya iptek mulai dimanfaatkan dan diterapkan dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya dalam bidang kesehatan, teknologi,
perhubungan dan arsitektur, industri, dll Adapun dalam pemanfaatan dan
penerapannya iptek berdampak negatif dan positif. Dampak positifnya, iptek
dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia.
Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh besar dalam kelangsungan hidup
manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif penerapan teknologi adalah
kemiskinan. Dampak negatif tersebut akan berujung pada kemiskinan, apabila
manusia tidak mampu mencari dan menemukan pemecahan permasalahan yang timbul.
Berikut adalah dampak negatif dari perkembangan, pemanfaatan dan penerapan
iptek dalam kehidupan manusia yang saling terkait dan berujung pada masalah
kemiskinan
Kemiskinan di negeri ini hanya bisa
diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini ada dua segi yaitu
dari pemerintah dan masyarakat. Dari segi pemerintah yaitu; pemerintah
sepenuhnya menangani bidang produksi pertanian dan peternakan, pemerintah
memperbanyak atau meningkatkan mutu dalam pemberdayaan sumber daya manusia
(SDA), pemerintah membangun Infrastruktur dengan teknologi yang mampu memangkas
biaya pegeluaran negara, misalkan saja pemerintah segera membangun sumber
energy nuklir (PLTN). Sedangkan dari segi masyarakat; masyarakat agar peduli
dengan pendidikan dengan memperhatikan lembaga swadaya masyarakat dalam
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDA), masyarakat diharapkan meningkatkan
produksi pertaniannya dengan basis teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah,
serta memperhatikan penuh dalam penyelenggaraan perencanaan PLTN.
IPTEK memang merupakan dua mata
pisau. Sehingga harus di manfaatkan dengan hati hati. Karena jika tidak
terjadi, masyarakat miskin akan menjadi lebih miskin lagi dan masyarakat
golongan menengah keatas akan semakin kaya dengan mendapatkan pundi-pundi
keuntungan dari pemanfaatan IPTEK tanpa memikirkan masyarakat miskin. Bahkan
yang miskin akan tersingkirkan dan menjadi masyarakat buangan karena selain
tidak bisa memanfaatkan IPTEK tetapi juga tidak bisa merasakan bagaimana IPTEK
telah tumbuh dan berkembang dengan cepat.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Terutama dalam perkembangannya yang
semakin pesat dari tahun ke tahun. Masyarakat mau tidak mau harus mengikuti
perkembangan yang ada demi kemudahannya dalam beraktifitas, tetapi faktor
penybaran perekonomian yang tidak merata menyababkan hal-hal yang ingin dicapai
tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Hanya kalangan ekonomi menengah
keatas atau kaum yang tergolong makmur yang bisa merasakan dari perkembangan IPTEK
yang saat ini berkembang dnegan pesat. Sebaliknya, kaum miskin akan semakin
tersingkir dengan IPTEK yang semakin maju.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan. Teknologi diciptakan oleh manusia
demi kesejahteraan umat manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
arti menciptakan, mencari kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka,
kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam serta memenuhi kebutuhan pokok
manusia.Ilmu pengetahuan, teknologi serta kemiskinan memiliki kaitan struktur
yang jelas, sebab bagi siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan
berkembang mengikuti era globalisasi yang sudah modern ini. Dan bagi siapa saja
yang tidak menguasai IPTEK maka ia akan tertinggal jauh oleh pesatnya
perkembangan teknologi di zaman ini.Bila di zaman yang modern ini masih ada
masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK maka mungkin saja
masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka masih menggunakan cara
lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien lagi dizaman ini.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://cardcaptor-dyah39.blogspot.com/2011/11/tema-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
http://arsenal-holic.blogspot.com/2012/12/tugas-8-isd-ilmu-pengetahuan-tekhnologi.html
http://chacaatmika.blogspot.com/2011/09/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
Baca juga